Buddhism, Out of Date or Up to Date

Sanditthiko akaliko ehipassiko, opanayiko paccatam veditabbo vinnuhi’ti

Terlihat amat jelas, tak berubah oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan, patut diarahkan kedalam batin, dapat dihayati oleh para bijaksana kedalam batin masing-masing

Pendahuluan

Seringkali kita mendengar persepsi banyak orang, yang selalu mengatakan bahwa agama Buddha sudah kuno dan tak layak untuk dipelajari lagi. Hal ini yang kadang membuat suatu kontroversi baru dikalangan umat Beragama didunia. Dan bahkan tidak sedikit orang yang mencoba untuk menciptakan suatu ajaran baru (new religion) ditengah-tengah masyarakat kita yang baru dilanda krisis moral ini. Dengan beredarnya ajaran-ajaran banyak membuat orang-orang kita merasa bingung dan kaku menghadapi gelombang multi ajaran yang semakin membingungkan. Saat ini kita hidup didalam era ilmiah dimana hamper semua aspek kehidupan kita telah dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan. Sejak revolusi ilmiah selama abad ke 7, ilmu pengetahuan terus membawa pengaruh besar pada apa yang kita pikirkan dan lakukan.

Ilmu pengetahuan telah membawa pengaruh yang sangat besar khususnya terhadap kepercayaan agama tradisional. Banyak konsep dasar agama tumbang dibawah tekanan ilmu pengetahuan modern dan tidak lagi dapat diterima oleh banyak kalangan cendikiawan. Tidak mungkin lagi memaksakan kebenaran yang diturunkan semata-mata melalui spekulasi teologis atau berdasarkan pada wewenang kitab keagamaan terlepas dari pertimbangan ilmiah. Sebagai contoh; penemuan psikologi modern menunjukkan bahwa pikiran manusia, seperti tubuh jasmani, bekerja menurut hokum sebab akibat alami tanpa adanya jiwa yang tak berubah seperti yang diajarkan oleh beberapa agama. Beberapa ahli mengabaikan penemuan ilmiah yang bertentangan dengan dogma keagamaan mereka. Kebiasaan mental yang kaku sedemikian memang merupakan penghalang kemajuan umat manusia. Karena manusia modern menolak untuk mempercayai segala sesuatu secara membuta, sekalipun hal itu telah menjadi tradisi, maka sikap tersebut akan meningkatkan jumlah orang yang tidak percaya dengan teori keagamaan yang kaku.

Sampai permulaan abad terakhir, ajaran Buddha terbatas pada Negara-negara yang belum tersentuh ilmu pengetahuan modern. Meskipun demikian, sejak awal ajaran Buddha selalu terbuka pada pemikiran ilmiah dan pengujian kritis. Salah satu alas an mengapa ajaran Buddha dapat dengan mudah dirangkul oleh semangat ilmiah adalah bahwa Buddha tidak pernah mendorong kepercayaan yang kaku dan dogmatis. Beliau tidak menyatakan untuk mendasarkan ajaranNya pada Iman, kepercayaan, atau wahyu ilahi, tapi membolehkan kelenturan dan kebebasan dalam berpikir, serta ia tidak pernah membawa diriNya pada hal yang diluar lingkup pembuktian akal budi manusia. Alas an kedua adalah bahwa semangat ilmiah dapar ditemukan dalam pendekatan Buddha terhadap kebenaran spiritual. Metode Buddha untuk menemukan dan menguji kebenaran spiritual sangat serupa dengan metode para ilmuwan. Para ilmuwan mengamati dunia eksternal dengan objektif, dan hanya akan membuat teori ilmiah setelah mengadakan banyak percobaan praktis yang berhasil. Dengan menggunakan pendekatan serupa 25 abad yang lampau, Buddha mengamati dunia yang lebih dalam tanpa kemelekatan, dan mendorong murid-muridnya untuk tidak menerima setiap ajaran sampai mereka telah menyelidiki secara kritis dan membuktikan sendiri kebenarannya. Sama seperti ilmuwan masa kini tidak akan menyatakan bahwa percobaannya tidak dapat ditiru oleh orang lain. Buddha tidak menyatakan bahwa pengalaman PencerahanNya hanya eksklusif bagiNya. Jadi, dalam pendekatanNya akan kebenaran, Buddha sama analitisnya dengan para ilmuwan masa kini. Beliau membuat metode yang praktis dan disusun secara ilmiah untuk mencapai kebenaran akhir dan mengalami pencerahan.

Agama Buddha cukup kuat untuk menghadapi pandangan modern apapun yang mengajukan tantangan kepada agama. Sumbangsih gagasan buddhis telah banyak memperkaya pemikiran kuno dan modern. Ajarannya tentang sebab akibat dan relativisme, doktrinnya tentang data perasaan, penerapannya, penekanannya pada moralitas, ketidakpeduliannya terhadap kekuatan adialami eksternal, penolakan ritus dan upacara keagamaan yang tidak seperlunya, seruannya untuk berpikir dan mengalami, dan kesesuaiannya dengan penemuan ilmiah modern, semua cenderung menegakkan pernyataan seperiornya terhadap modernisasi. Ajaran Buddha mampu memenuhi semua syarat agama yang rasional yang sesuai dengan kebutuhan dunia masa depan. Ajaran ini sangat ilmiah, sangat rasional, sangat progresif sehingga akan menjadi kebanggaan bagi seseorang dalam dunia modern untuk menyebut dirinya sendiri sebagai Umat Buddha. Pada kenyataannya, pendekatan ajaran Buddha lebih ilmiah dibanding ilmu pengetahuan, ajaran ini juga lebih sosialistik daripada sosialisme.

Diantara semua pendiri besar agama, hanya Buddhalah yang selalu mendorong semangat untuk menyelidiki diantara pengikut dan selalu menasihati mereka untuk tidak menerima bahkan ajaranNya sendiri dengan iman buta. Karena itu tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa ajaran Buddha adalah agama modern. Ajaran Buddha adalah suatu skema yang diuraikan dengan baik tentang bagaimana menjalani hidup yang praktis dan system matang akan pembudayaan diri sendiri. Tetapi lebih dari itu, ajaran ini adalah suatu metode ilmiah pendidikan. Agama ini dalam setiap masalah mampu mengembalikan kedamaian pikiran kita dan menolong kita untuk menghadapi dengan tenang apapun perubahan yang terjadi pada masa depan. Agama tanpa ilmu pengetahuan adalah timpang, sedangkan ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta. Bahkan seorang ilmuwan terkenal seperti Albert Einstein memberi penghormatan pada ajaran Buddha saat ia berkata dalam otobiografinya : “Jika ada agama yang dapat memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan modern, agama itu adalah Ajaran Buddha”. Ajaran Buddha tidak memerlukan revisi untuk membuatnya up to date dengan penemuan ilmiah modern. Ajaran Buddha tidak menyerahkan pandangannya kepada pengetahuan karena ajaran Buddha mencakup dan melampaui ilmu pengetahuan. Ajaran Buddha adalah jembatan antara pemikiran religious dan ilmiah, dengan memicu manusia untuk menemukan potensi-potensi laten dalam dirinya sendiri dan lingkungannya. Ajaran Buddha tidak lekang oleh waktu. Ajaran Buddha adalah kekuatan spiritual pertama yang kita ketahui dalam sejarah yang mampu mempererat sejumlah besar ras yang terpisahkan oleh hambatan jarak, bahasa, budaya dan moral. Motifnya bukanlah perebutan perdagangan internasional, pembangunan kekaisaran atau nafsu pendudukan daerah baru. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bagaimana orang dapat memperoleh lebih banyak kedamaian dan kebahagian melalui praktik Dhamma.