“SAMADHI/BHAVANA/KAMMATTHANA”

Penyaji : Khemanando Bhikkhu

PENDAHULUAN

Bhavana adalah pengembangan yaitu suatu pengembangan batin yang mengarah pada ketenangan batin atau untuk membebaskan diri dari penderitaan (dukkha) yang berakar dari tanha sifat kelobhaan, kebencian dan kebodohan. Bhavana juga sering disebut dengan samadhi yang mana juga merupakan pengembangan batin dengan cara memusatkan perhatian atau pada umumnya diketahui oleh khalayak Buddhis adalah konsentrasi pada suatu obyek dan hanya satu obyek saja dari konsentrasi itu akan timbul pemusatan pikiran yang kuat yang disebut Jhana, ini dapat memunculkan kekuatan-kekuatan yang disebut sebagai abhinna. Ketenangan ini juga dapat juga mengantarkan seorang meditator mencapai tingkat kesucian diri dan bisa mencapai suatu yang tertinggi yaitu Arahat.

Samatha bhavana adalah pengembangan batin dengan obyek diluar diri meditator/didalam diri meditator yang berjumlah 40 obyek. Samatha bhavana ini dilakukan untuk menekan/mengendapkan 5 rintangan batin (nivarana) dan 10 gangguan (10 Palibhoda). Sedangkan vipassana bhavana adalah pengembangan batin dengan obyek yang ada pada kita (Nama dan Rupa) dan 4 satipathana. Vipassana bhavana ini dilakukan untuk melenyapkan/memusnahkan dan mencabut akar-akar sebab penderitaan dengan memahami Anicca, Dukkha, Anatta dan melihat segala sesuatu dengan apa adanya/ sesuai dengan kenyataan.

Dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:

– Tujuan dari Samatha Bhavana adalah untuk ketenangan dan pengetahuan jhana-jhana.

– Sedangkan Vipassana Bhavana bertujuan untuk mencapai kesucian tertinggi yaitu arahat.

Nivarana adalah rintangan batin atau yang merupakan suatu penghalang/penghambat kemajuan batin didalam melaksanakan meditasi. Ada 5 macam rintangan atau Nivarana, antara lain:

1. Kammachanda yaitu nafsu keinginan yang timbul saat meditasi, hal ini muncul karena meditator pernah/ingin melihat keindahan-keindahan, yang merangsang pikiran meditator.

2. Byapada yaitu kemauan jahat, ingin menyakiti, iri, tidak suka dll. Hal ini timbul karena meditator pernah melihat, bertemu dengan obyek yang membuat tidak senang.

3. Tinamidha yaitu kemalasan dan kelelahan/kelambanan, lelah, ngantuk, capek, sakit kakinya dan lain-lain.

4. Udhaccakukucca yaitu kecemasan kekhawatiran. Cemas dan khawatir tentang apa yang dilakukannya menyimpang, dapat menyebabkan stress atau yang lainnyaaa.

5. Viccikicca yaitu keragu-raguan, misal ragu-ragu tentang Buddha, Dhamma dan Sangha, termasuk ragu akan adanya yang namanya kesucian, Jhana, dan Abhinna. Orang ini hendaknya membaca/banyak mendengar atau membaca Kitab-Kitab suci Ajaran Buddha yang mengacu pada Tipitaka.

Palibhoda juga merupakan penghalang dan penghambat ketenangan atau kemajuan batin. Ada 10 macam palibhoda, antara lain:

1. Avasa adalah tempat tinggal.

2. Kula adalah pembantu dan orang yang bertanggung jawab.

3. Ghana adalah teman, saudara dan keluarga.

4. Labha adalah keuntungan.

5. Kamma adalah pekerjaan.

6. Adhana adalah perjalanan.

7. Nathi adalah keluarga dan sanak saudara.

8. Abadha adalah penyakit.

9. Ghantra adalah pelajaran.

10. Iddhi adalah kekuatan, misal ragu kekuatannya hilang.

Jika 10 faktor ini selalu ada dalam pikiran seorang meditator maka meditasinya akan kacau dan tidak berkembang.

Ada 3 macam nimitta (bayangan) antara lain:

1. Parikamma nimitta yaitu;

Gambaran obyek permulaan yang mana masih mengalami kabur dan hilang sama sekali.

2. Ugaha nimitta yaitu;

Gambaran obyek yang sudah ada peningkatan semakin jelas dan bertahan lebih lama dalam pikiran atau batin meditator.

3. Patibhoga nimitta yaitu;

Gambaran obyek yang diambil oleh meditator yang sudah melekat kuat dengan pikiran dan sudah dapat dikatakan sudah terpusat melekat mantap, sudah kelihatan bersih, bening dan jelas meskipun mata sudah terpejam dan dapat muncul kapan saja dimana saja sekehendak si meditator.

Tingkatan bhavana atau (perkembangan batin). Ada 3 macam tingkatan dalam meditasi. Adapun tingkatan perkembangan batin tersebut antara lain;

1. Khanika Samadhi adalah keadaan pikiran/ kondisi batin yang masih awal atau permulaan untuk masuk dalam pemusatan atau konsentrasi.

2. Upacara Samadhi adalah kondisi batin/ keadaan pikiran yang sudah mendekati pemusatan/konsentrasi tapi masih sangat lemah dan berkali-kali kabur, hilang dan belum bisa bertahan lama.

3. Apanna Samadhi adalah kondisi batin/keadaan pikiran yang benar-benar sudah dapat mengikat kuat-kuat obyek yang diambil, sudah tahan lama, bisa muncul kapan saja, dimana saja dan mantap dalam pemusatan/konsentrasi.

Jhana merupakan tingkat konsentrasi, tingkat pemusatan pikiran bagi orang/meditator yang melaksanakan Samattha Bhavana dengan 40 mamcam obyek meditasi. Untuk masuk kedalam Jhana-Jhana meditator harus mengalami dan mengatasi faktor-faktor yang muncul dalam meditasi tersebut, yang disebut sebagai faktor-faktor Jhana. Adapun jumlah fakto-faktor Jhana ada 5 faktor jhana antara lain:

1. Vitaka merupakan penopang pikiran dalam menimbulkan pemusatan atau mempertahankan obyek untuk menuju peningkatan jhana yang lebih tinggi.

2. Vicara muncul setelah vitaka dapat diselami dan tetap mempertahankan obyek. Vicara adalah gema dan vitaka yang mana disini terjadi pemusatan/konsentrasi terhadap obyek yang sangat kuat bila dianalogikan sebagai lonceng vitaka merupakan saat dipukulnya lonceng kemudian vicara merupakan bunyi/gema dari pukulan tersebut. Jadi pada prakteknya vitaka dan vicara merupakan proses yang bersambung/berkelanjutan.

3. Piti adalah kegiuran dan kenikmatan. Dalam hal ini (piti) dianalogikan seperti halnya kita sedang jalan-jalan dan sangat haus dan menemukan sumber air dan perasaan seperti itulah yang dinamakan sebagai piti atau kegiuran.

4. Sukha adalah perasaan gembira dalam batin. Perasaan/kondisi batin pada saat mencapai ini dianalogikan seperti halnya contoh diatas, kesenangan mendapat kebahagiaan meminum air itulah yang disebut sebagai sukha.

5. Ekagatta, setelah dapat mengatasi sukha/tetap berpegang pada obyek, maka ekagatta akan muncul. Ekagatta adalah kondisi pikiran/keadaan batin yang terpusat.

Jumlah tingkatan jhana menurut Sutta jumlahnya ada 8 jenis sedangkan menurut Abhidhamma ada 9 jenis. Hal ini terjadi karena ada orang yang cerdas dan dapat mengatasi 2 faktor jhana yaitu vitaka dan vicara sekaligus maka ditulis hanya 1 saja. Kemudian secara proses pikiran (Abhidhamma) dapat dibedakan prosesnya maka jumlahnya ada 9 jenis.

Adapun jhana menurut Abhidhamma ataupun Sutta antara lain (tingkatan dan kondisi yang harus ditempuh atau diselami):

1. Menurut Sutta Pitaka ada 8 jenis yaitu;

1. Pathama Jhana yaitu tingkat pertama, kondisi batinnya yang ada/masih ada; vicara, piti, sukha dan Ekagatta.

2. Dutiya Jhana yaitu jhana tingkat kedua, kondisi batinnya; piti, sukha dan ekagatta.

3. Tatiya Jhana yaitu jhana tingkat ketiga, kondisi batinnya; sukha dan ekagatta.

4. Catuttha Jhana yaitu jhana tingkat keempat, kondisi batinnya; upekkha dan ekagatta.

5. Akasanancayatana yaitu kondisi batin yang berada pada ruangan tanpa batas.

6. Vinnanancayatana yaitu kesadaran tanpa batas.

7. Akincanayatana yaitu kekosongan.

8. Nevasannanasannayatana yaitu bukan pencerapan pun tidak bukan pencerapan.

2. Adapun jhana menurut Abhidhamma ada 9 jenis tingkatan yaitu;

1. Pathama Jhana kondisi batinnya meliputi; vitaka, vicara, piti, sukha dan ekagatta.

2. Dutiya Jhana kondisi batinnya meliputi; vicara, piti, sukha dan ekagatta.

3. Tatiya Jhana kondisi batinnya meliputi; piti, sukha dan ekgatta.

4. Catuttha Jhana kondisi batinnya meliputi; sukha dan ekagatta.

5. Pancama Jhana kondisi batinnya meliputi; upekkha dan ekagatta.

6. Akasanancayatana; ruangan tanpa batas.

7. Vinnanancayatana kesadaran tanpa batas.

8. Akincanayatana ; kekosongan.

9. Nevasannanasannayatana Jhana; bukan pencerapan pun tidak bukan pencerapan.

Didalam kehidupan saat ini kita mempunyai sebuah teknologi yang selalu membuat kita kearah yang materialistik. Kita selalu cenderung memfokuskan sesuatu diluar diri kita daripada pikiran kita. Orang yang hidup sebelum kita sangat sedikit yang kearah materialistis, tetapi disaat ini banyak orang yang sakit mental daripada orang-orang pada jaman dahulu. Orang cenderung kearah yang berkhayal maka ia akan kehilangan kondisi pikiran yang sebenarnya, itu spesial bagi orang yang hidup dikota-kota besar didunia ini. Orang-orang seperti ini hanya bisa melihat modernisasi dan menjadikan dirinya tergantung pada barang-barang yang dimilikinya maupun yang belum dimilikinya. Sebagai hasilnya, masyarakat mempunyai banyak rintangan dan selalu mempunyai suatu problem yang sangat komplek misalnya: kecanduan minum-minuman yang beralkohol, rumah tangga menjadi rusak, dan masalah ekonomi dan sebagainya. Jadi banyak orang saat ini menemukan jalan keluar dan mereka tertarik dengan Buddhisme untuk mengembangkan pikirannya. DiThailand maupun diIndonesia ada banyak orang yang tertarik meditasi daripada sebelumnya. Meditasi yang diajarkan didalam Buddhisme itu sendiri adalah yang mana sering-sering disebut dengan sebutan “Samatha Bhavana” atau didalam bahasa inggris sering disebut “Mind Development” saat ini sangat popular diseluruh dunia. Spesial didunia Barat saat ini misalnya Amerika Serikat, disana sangat banyak anak-anak muda yang sangat tertarik dengan meditasi. Mereka malah melakukan latihannya denngan sangat intensif. Pada awalnya meditasi ini bisa dikenal di Amerika Serikat ketika ada seorang guru beragama Hindu dari India bernama Maharishi Mahesh sekitar 30 tahun yang lalu, yang justru memperkenalkan kedunia barat yang mana mereka belum pernah memahami tentang meditasi. Pada akhirnya orang yang tertarik meditasi ini harus dipungut biaya selama latihannya. Saat ini, diseluruh dunia telah banyak didirikan center-center meditasi. Jika kita sering mempraktekkan meditasi secara konsisten maka kita akan memperoleh kesuksesan dan disamping itu kita telah membuat dasar untuk mempraktekkan meditasi Vipassana, yang mana pengertian tentang meditasi ini sangat dalam daripada beberapa diantara jenis meditasi yang saat ini lagi popular diajarkan dijaman yang serba modern ini.

1. Manfaat melatih pikiran

Latihan mental didalam Buddhisme adalah sangat penting didalam kehidupan kita. Sebab itu akan memperbaiki kualitas batin kita sebagai manusia. Jadi seseorang yang melatih meditasi adalah merupakan suatu cara yang benar bahkan akan menghasilkan ketenangan pikiran , disamping itu kita akan memperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Misalnya sebagai pelajar, maka ia akan dapat belajar lebih baik daripada sebelumnya dan juga akan memdapatkan nilai yang baik karena kondisi pikiran seseorang yang telah terlatih akan menjadi tenang dalam menghadapi segala sesuatu, missal ujian. Dan memori seseorang yang telah terlatih juga akan menghasilkan keadaan yang lebih baik.

2. Seseorang akan mendapatkan kemajuan dalam berkonsentrasi dan tidak akan membuat suatu kesalahan karena kondisi kesadarannya sudah menjadi lebih baik.

3. Seseorang bisa melakukan suatu pekerjaan dan usaha lebih efektif.

4. Meditasi bisa juga melindungi kita dari segala bentuk jenis penyakit.

5. Seseorang akan merasakan kedamaian didalam pikirannya dan akan mempunyai kulit yang indah dan berumur panjang.

6. Orang akan dapat hidup didalam masyarakat, disekolah, bersama dengan teman-teman dan guru maka ia akan merasa bahagia, tenang dan damai. Setiap orang didalam keluarga akan merasa hidup bahagia dan jika seseorang yang bekerja didalam kantor kerja maka pengawas dan pekerja akan merasa bahagia.

7. Orang akan bisa segera lepas dari krisis moral, bebas dari problema atau dilemma dengan pikiran yang sehat dan dengan jalan yang benar.

8. Seseorang akan segera membasmi kekotoran batinnya atau Lima rintangan batinnya (Nivarana) dan segera akan melakukan perbuatan baik seterusnya. Disamping itu akan mencegah orang lain melakukan perbuatan yang tidak baik atau setidaknya menganjurkan mereka untuk berbuat baik.

9. Jika seseorang mempraktekkan dengan mengikuti level atau watak (Carita) maka ia akan bisa mencapai ketenangan dalam pikirannya dengan cepat, disamping itu ia akan mendapatkan kekuatan abhinna (kekuatan batin) seperti membaca pikiran orang lain, menembus dinding dan sebagainya.

10. Yang telah diuraikan diatas adalah basik fundamental untuk mempraktekkan Meditasi Vipassana[1].

2. Dua bentuk kebahagiaan

Setiap orang didunia ini tentu menginginkan kebahagiaan (Sukha) dan sudah sangat mungkin tidak menginginkan penderitaan ( Dukkha). Didalam Buddhisme terdapat dua macam kebahagiaan, yaitu:

1. Kebahagiaan Jasmani (Fisik)

2. Kebahagiaan Batin (Mental)

Kedua bentuk kebahagiaan ini tergantung pada setiap orang, bisa dikatakan, jika jasmani seseorang merasakan kebahagiaan maka juga akan membawa kebahagiaan mental itu sendiri. Dan ini juga terjadi jika seseorang merasakan suatu penderitaan, jika jasmani kita merasa menderita maka pikiran kita juga akan ikut menderita. Buddha mengatakan bahwa tidak ada suatu jenis kebahagiaan yang lebih baik daripada kebahagiaan mental atau batin. Kebahagiaan yang sebenarnya tidak bisa datang dari orang yang kaya atau orang yang terkenal. Kita bisa melihat banyak millioner atau orang-orang yang terkenal yang tinggi levelnya didalam masyarakat kita, yang bisa bahagia dengan materi yang mereka punya. Banyak dari mereka tidak menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya atau yang nyata dari semua materi yang mereka punya bahakan tidak sedikit dari mereka yang malah ketakutan dan merasa kwatir dengan apa yang dimilikinya. Kekuasaan maupun tinggi derajatnya tidak menjamin mereka akan merasakan kebahagiaan karena sebuah materi bukan merupakan sumber dari kebahagiaan. Dalam keyataannya, orang-orang yang mempunyai harta banyak malah menderita, misalnya kwatir barang-barangnya dicuri orang atau bingung menaruh barang-barangnya yang berharga mahal dsb. Ini berarti kebahagiaan yang mutlak tidak datang dari barang-barang yang berharga maupun yang berharga mahal melainkan dari dalam pikiran kita. Orang yang menginginkan kebahagiaan ini harus melatih pikirannya serta mengembangkannya seperti ketika Buddha menemukannya.

– Vipassana Kammatthana atau Bhavana : (Insight Meditation) atau yang dikenal dengan sebutan Meditasi Vipassana atau Meditasi pandangan terang. Jadi jenis meditasi ini adalah untuk merealisasi Nibbana. Didalam mempraktekkan Meditasi Vipassana ada 4 jenis landasan yang perlu kita perhatikan yaitu:

1. Kayanupassana Satipatthana atau yang disebut perenungan terhadap tubuh atau jasmani. Disini ada enam jenis perenungan, yaitu :~Pengamatan keluar-masuknya nafas (Anapanasati)

~Pengamatan gerakan jasmani (Iriyapatha)

~Perhatian dan penyadaran (Sati-Sampajanna)

~Menganalisis semua organ badan jasmani

(Pathikulamanasikara)

~Menganalisis keempat unsur badan jasmani

(Dhatumanasikara)

~Perenungan terhadap proses kerusakan mayat (Navasivathika).

2. Vedananupassana Satipatthana atau yang disebut perenungan terhadap perasaan. Disini ada tiga perenungan terhadap perasaan yaitu : ~Perasaan yang menyenangkan (Sukhavedana)

~Perasaan yang tidak menyenangkan (Dukkhavedana)

~Perasaan yang netral (Adukkhasukhavedana)

3. Cittanupassana Satipatthana atau yang disebut perenungan terhadap pikiran yang berarti perhatian terhadap kesadaran dan bentuk-bentuk batin (cetasika).

4. Dhammanupassana Satipatthana atau yang disebut perenungan terhadap Dhamma termasuk kategori proses batin dan jasmani[2].

3. Melatih samadhi dengan obyek Buddho

Cara dan Teknik Borikamma Bhavana

Setelah kita telah membangun dan mengembangkan dengan mantap keyakinan didalam batin kita sendiri; sebagaimana dianjurkan dibagian yang terdahulu diatas, barulah kita datang dan menemui guru pengajar yang ahli dan mahir didalam meditasinya itu. Bila kita berguru dengann beliau yang mahir didalam Bhavana Buddho, beliau akan mengajarkan untuk mengulang-ulang : “BUD-DHO” dan kita berusaha untuk membangun pikiran ini selalu berada didalam merenungkan kata “BUDDHO” dengan teguh dan mantap sampai mahir sehingga pikiran akan terpusat manjadi satu dengan BUDDHO. Sesudah itu beliau mengajarkan untuk merenungkan Buddho dengan yang mengatakan Buddho. Kemudian kita merenungkan dan menganalisa kedua obyek tersebut, ternyata kedua obyek itu merupakan dua hal yang berbeda, setelah itu usahakanlah untuk menangkap yang mengatakan buddho, sedangkan buddho itu akan hilang dengan sendirinya dan akhirnya tinggal yang mengatakan buddho. Kemudian untuk seterusnya kita memusatkan pikiran hanya pada yang mengatakan buddho.

Agama buddha mengajarkan kita mencapai masuk kedalam batin dan pikiran ini yang berupa Nama-Dhamma (fenomena batin). Sedangkan tubuh jasmani ini merupakan Rupa-Dhamma (fenomena jasmani). Tubuh jasmani harus berada dikendalikan oleh batin. Ketika kita mulai melatih meditasi dan berusaha mengendalikan pikiran, mengupayakan pikiran tidak kacau dan menjadi tenang. Pada saat itulah kita tidak melakukan kesalahan/kejahatan apapun terhadap siapapun. Kemudian bila kita terus-menerus melatihnya sampai mahir didalam pengendalian pikiran, maka akhirnya kita akan mendapatkan ketenangan dan kedamaian pikiran. Bila didalam masyarakat luas, makin banyak yang melatih meditasi seperti ini, maka dimana-mana akan muncullah kedamaian dan kebahagiaan diseluruh dunia. Padahal dengan tubuh ini, kita dapat melatihnya menjadi tenang bila kita telah dapat mengendalikan pikiran ini dengan baik dan benar. Sesaat kelengahan itu muncul, maka tubuh ini akan berbuat masalah seperti keadaan masa yang lampau. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama terus menerus melatih pikiran dengan Borikamma Buddho.

Tingkatan pemula bagi meditator

Sebelum melatih meditasi dengan merenungkan Buddho, sebaiknya kita memulainya dari tingkat pemula yaitu;

Membangkitkan rasa percaya sepenuhnya terlebih dahulu, sebagaimana telah disebutkan diatas. Kemudian bernamaskara 3x; dengan mengucapkan:

Araham Sammasambuddho bhagava

Bhagava yang maha suci dan mencapai penerangan sejati berkat usahanya sendiri.

Buddham Bhagavantam abhivademi

Kepada bhagava yang telah mencapai penerangan sempurna, aku bersujud. (Namaskara sekali)

Svakkhato Bhagavato dhammo

Dhamma telah diajarkan oleh bhagavato dengan baik dan sempurna.

Dhammam namassami

Aku bersujud dihadapan Dhamma. (Namaskara sekali)

Supatipanno Bhagavato savakasangho

Siswa bhagavato yang telah bertindak sempurna.

Sangham namami

Aku bersujud dihadapan Sangha. (Namaskara sekali)

Lalu mengucapkan:

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa (3x)

Renungkan kemulian buddha, Guru yang terbaik didunia, yang telah terbebaskan dari dukkha dan semua macam bentuk kilesa, selalu tenang dan bahagia. Kemudian bersujud 3x.

Catatan: semua contoh bagi tingkat pemula yang sederhana. Bagi mereka yang ingin membacakan paritta yang lebih banyak, dapat juga dilaksanakan, tetapi kita tetap harus menghormati dengan namaskara 3x, setiap saat sebelum bermeditasi, terkecuali bila tempatnya tidak memungkinkan untuk Namaskara.

Pikiran dan batin

Disini marilah kita membahas masalahnya pikiran dan batin. Dalam melatih samadhi sangatlah perlu untuk mengetahui dengan jelas masalahnya pikiran dan batin. Bila kita tidak memahami masalah dan perbedaan antara pikiran dan batin, maka kita tidak akan mengetahui dimana dan bagaimana harus melatih konsentrasi itu. Setiap makluk yang lahir didunia ini (manusia atau binatang) masing-masing memiliki batin dan pikiran. Tetapi didalam tugas dan pekerjaannya mempunyai perbedaan. Pikiran mempunyai sifat selalu berpikir, mencipta, ragu, khawatir, kacau dsb, yang demikian banyak fungsinya. Ini semua tergantung pada kilesa yang membawanya. Sedangkan batin itu adalah si pengetahu yang netral adanya, tidak mencipta gagasan atau pikiran apapun. Kondisinya selalu berada ditengah-tengah pusat yang netral terhadap semua masalah apapun. Si pengetahu ini berada ditengah pusat yang netral. Itulah batin. Batin itu bukanlah “AKU”, juga tidak berbentuk tubuh. Melainkan nama dhamma (fenomena mental) dan adanya si pengetahu (hanya kesadaran). Kita dapat meletakkannya dimana saja, batin tidak berada didalam tubuh ataupun diluar tubuh. Yang kita sebut sebagai jantung itu bukanlah jantung yang sesungguhnya, melainkan jantung yang berfungsi sebagai alat pemompa darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan dan memberikan kelanjutan bagi hidup kita. Jika jantung tidak memompa darah keseluruh tubuh, kehidupan akan berakhir dan manusia akan meninggal.

Secara umum masyarakat selalu membicarakan masalah hati. Ia mengatakan “hatiku senang…….sedih, panas,…..kecewa…..jatuh, kecil” dsb. Segala sesuatu adalah masalah batin. Para pakar Abhidhamma menyebutnya sebagai pikiran: pikiran yang baik (kusala citta), pikiran yang tidak baik (akusala citta) dan pikiran netral (abhayakata citta). Pikiran berfungsi sebagai si pemikir dan pembentuk gagasan dan harus menggunakan keenam ayatana (indera) sebagai alatnya. Segera setelah mata melihat bentuk, telinga mendengar suara, hidung mencium bau, lidah mengecap rasa, tubuh menyentuh benda panas/dingin, keras/lunak; maka pikiran yang intelek akan membuat gagasan sejalur dengan kilesa yang sesuai dengan apa yang kita inginkan; baik atau jelek. Bila baik yang kita dapatkan, maka hati kita akan senang. Sebaliknya bila yang kita dapatkan adalah yang jelek, maka kesedihan yang kita alami. Semua masalah yang muncul ini merupakan pikiran yang menjadi gejalanya adalah kilesa. Selain dari keenam indria, tidak ada apapun yang dapat digunakan oleh pikiran itu. Didalam teori, mereka dibagi/dianalisa menjadi enam indria, enam dhatu, enam phassa, dan semua macam yang begitu banyak, dimana semua itu berada didalam lingkupnya keenam indria saja. Inilah yang merupakan gejala dan karakteristik dari pikiran yang tidak pernah didalam keadaan tenang dan damai. Bagi meditator atau mereka yang sedang melaksanakan samadhi/meditasi, haruslah berusaha mengendalikan dan menguasai pikirannya yang gelisah dan terombang-ambing untuk mengikuti kehendak dari keenam indranya, seperti apa yang telah dijelaskan diatas. Dan berupaya membuat semuanya ini terhenti dan tenang didalam satu obyek meditasi: BUDDHO, jangan membuat diri gelisah dan ragu-ragu. Buatlah tenang dan netral adanya. Itulah tubuhnya batin. Batin yang sejati tidak pernah menggunakan ayatana yang manapun, yang mana semuanya disebut dengan HATI. Buddha selalu mengatakan bahwa ajaran beliau akan menjadi berkembang atau menjadi merosot tergantung dari para pelaksananya. Ajaran akan menjadi merosot bila para meditator yang hanya mengetahui sedikit-sedikit saja sudah berusaha mempromosikan hasil yang dicapai kepada orang lain dan mendiskusikan masalah yang sebenarnya tidak berbobot, tetapi lupa unutk membicarakan dasar yang penting bagi samadhi/bhavana. Jikalau mereka melakukan semua hal tersebut diatas, secara tidak disadari mereka sebenarnya mengalami kemerosotan ajaran didalam dirinya sendiri.

Ajaran buddha akan semakin berkembang jika mereka hanya membicarakan masalah yang nyata dan bermanfaat serta tidak bergurau, tetapi berbicara dengan penuh alasan yang masuk akal dan berdasarkan hukm sebab-akibat. Kemudian bila anda melakukan meditasi sesuai dengan hal tersebut diatas, dan mengulangi kata buddho dalam meditasi didalam jalur yang benar, maka hal ini akan mampu membuat pikiran berkumpul menjadi satu kesatuan yang utuh. Hal ini akan membebaskan pikiran dari kekacauan dan memberikan ketenangan serta dapat menekan kilesa untuk sementara waktu. Sewaktu anda bermeditasi dengan obyek buddho, yang penting adalah kesabaran, jangan terlalu tergesa-gesa ingin mendapatkan hasilnya. Berupayalah untuk membangun keyakinan yang mantap didalam pengucapan buddho itu dengan memiliki kesadaran penuh (sati) untuk menguasai dan mengendalikan pikiran itu sendiri selalu berada dengan Buddho. Dengan cara seperti ini, pikiran akan terpusat dan menyatu. Keyakinan inilah yang menjadi sebab pikiran kita akan makin mantap, tidak gugup, tidak tergesa-gesa, tidak gelisah dan kacau, membebaskan keragu-raguan yang mengacaukan dan ketidakpastian dari proses pikiran. Pikiran akan menyatu dengan Buddho dan dengan penuh kesadaran (sati) memegang/mengendalikan pikiran ini. Setiap saat, baik waktu berdiri, berjalan, duduk, berbaring atau sedang melakukan kegiatan apa saja hendaknya memiliki sati untuk mengetahui pikiran yang selalu berada dalam Buddho. Bagi para pemula meditator yang memiliki sati yang lemah dan memiliki teknik yang masih sedikit, hendaknya berupaya sekuat tenaga untuk memegang dengan teguh pengucapan Buddho ini, serta menjadikan hal ini sebgai landasan yang terpenting. Jika tanpa berupaya keras dalam melaksanakan hal ini, maka meditasi anda tidak akan banyak mengalami kemajuan atau mendapatkan hasil yang minim. Hal ini disebabkan karena belum memiliki landasan yang mantap. Bila sati telah kuat dan mantap, Bhavana dengan pikiran yang teguh dan bertekad “jika saya belum mendapatkan Buddho atau tidak melihat Buddho muncul didalam batin saya atau jika pikiran tidak mau berhenti dan tidak menjadi tenang, ataupun pikiran tidak berada dalam Buddho yang satu ini saja, maka saya bertekad tidak akan berdiri atau pergi dari tempat ini, walaupun sampai kematian tiba, saya tidak peduli akan semuanya”. Bila anda melakukan seperti ini, pikiran anda akan bersatu menjadi samadhi secara lebih cepat dan dengan tanpa anda sadari. Apapun yang akan membuat gangguan maupun yang mengacaukan kita, akan hilang dan lenyap dengan segera berkat kekuatan Buddho. Bagi meditator buddho haruslah melaksanakan samadhi ini sampai ahli dan mahir sekali. Didalam sesaat aramana (gejala pikiran) baik/buruk muncul saat itu, mereka harus mampu mengendalikan pikirannya langsung menjadi samadhi saat itu juga, janganlah sampai membiarkan pikiran itu dipengaruhi dan terbawa arus dari pikiran yang sedang muncul itu. Bagaimana juga kita harus memikirkan Buddho secara cepat dan segera pikiran sudah bisa langsung terkonsentrasi, kondisi yang demikianlah yang menunjukkan bahwa pikiran telah terlatih dengan baik dan teguh serta telah memiliki keyakinan didalam dirinya sendiri. Harapan saya hanyalah memegang pengucapan Buddho-Buddho- Buddho…….setiap saat sampai terbiasa hingga mantap dan terpusat dengan Buddho. Kalau toh anda tidak akan mendapat dan mencapai apapun, sedikit-dikitnya kita sudah mendapatkan meditasi dengan pengucapan Buddho. Ketika emosi, kemarahan atau aramana yang keras muncul, kita berusaha untuk mengganti dan memegang Buddho sebagai landasannya. Semua aramana akan menjadi melemah atau mungkin akan hilang seketika itu juga. Hal ini lebih baik kita gunakan dalam kehidupan ini dari pada kita tidak memiliki landasan sebagai pegangannya. Sesungguhnya bagi para meditator seharusnya memiliki pegangan yang kuat didalam meditasinya, sehingga bisa dikatakan memiliki landasan yang mantap bagi meditasinya. Bilamana meditasinya mengalami kemerosotan, mereka akan dapat menggunakan Buddho sebgai pegangan yang merupakan landasan yang pernah dipakainya[3].

Kesimpulan

Para pelaksana yang bertujuan untuk membersihkan kilesanya sendiri, seharusnyalah mereka selalu berada dalam keadaan yang tidak lengah dan sembrono, dengan demikian tidak akan terjadi kemerosotan dalam dirinya. Bilamana anda berada didalam posisi manapun dan berada dalam kelompok apapun serta dalam bidang manapun selalu memiliki tehnik dan cara khusus bagi diri sendiri, tidak sampai membuat dirinya menjadi manusia yang tidak disenangi dan selalu membuat masalah dengan orang lain, maupun kelompoknya sendiri secara mutlak. Evam.

——————————————————————————–

[1] . Referensi dari Buku “Meditation” Oleh Ven. Choukun Phra Visuddhikavi

[2] . Referensi dari Satipatthana Sutta – Sutta Pitaka

[3] . Referensi dari Buku “Meditasi Buddho” ditulis oleh Acharn Theit Desarangsi (guru meditasi diThailand)