MENETAPKAN TUJUAN DALAM HIDUP”MENGAPA SUSAH?”

Oleh : Bhikkhu Khemanando

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa

Pernyataan yang indah “MENGAPA SUSAH?” kalau kita pikir bukankah lebih mudah mengangkat kaki kita (diatas meja) sambil menghidupkan televisi dan berangan-angan? Maksud saya, benar demikian bukan? Mari kita lihat, seandainya kita tidak mempunyai tujuan, sudah barang tentu kita tidak akan pernah bisa mencapai apa yang kita inginkan. Syndrome ini memang disukai banyak orang baik kaum tua, muda bahkan anak kecilpun tidak mau ketinggalan. Menonton TV sekarang sudah menjadi ajaran baru bagi mereka yang tidak mengerti hakekat hidup yang sebenarnya, kebanyakan orang-orang sekarang lebih condong nonton TV daripada belajarAgama, dan ini merupakan kemorosotan moral bagi manusia pada era globalisasi saat ini. Apalagi kalau sudah kecanduan yang namanya SINETRON dan ditambah lagi ngefans sama actors dan aktrisnya malah lebih parah ketimbang orang yang dikatakan CRAZY. Kalau kita menyadari bahwa kita saat ini adalah apa yang telah kita perbuat pada kehidupan yang lampau dan apa yang akan kita lakukan saat ini akan menentukan kehidupan kita yang akan datang. Maka kita akan lebih condong kearah religious dan spiritual untuk kita lakukan, karena arah ini yang akan menentukan kita lepas dari ikatan samsara. Mungkin ada beberapa alasan sehingga anda melakukan semua itu – suatu hari kelak kita AKAN………..namun pertanyaan berikutnya adalah APAKAH SUATU HARI KELAK KITA MASIH SEPERTI INI TERUS? Menakutkan seperti arah pikiran itu sendiri, kini saatnya kita menghadapi kenyataan – apakah kita juga telah dirasuki oleh syndrome ini? Kita mungkin sangat tangkas untuk mencari alasan untuk ketidakmampuan kita dalam mencapai beberapa tujuan dalam hidup atau dalam kenyataan orang disekitar kita bisa mencapai tujuan hidup mereka. Kita sering memberi alasan untuk keberhasilan mereka berdasarkan hal-hal yang bukan berasal dari diri mereka sendiri, misalnya;

a. Orang tua mereka KAYA.

b. Mereka selalu beruntung.

c. Mereka mengenal orang-orang penting.

d. Mereka memanfaatkan orang lain untuk mencapai keberhasilan.

Alasan-alasan seperti itu membuat kita merasa lebih enak dan menutup mata (CAKKHU) kita terhadap kenyataan bahwa kita mungkin tidak berusaha sekeras mereka, barangkali kita tidak konsisten dengan apa yang kita lakukan, dan tidak terencana atau terfokus pada pencapaian tujuan-tujuan kita sebagaimana yang telah dilakukan oleh mereka. Jadi, sementara orang-orang menjadi defensive dan mencari-cari alasan bagi diri mereka sendiri, orang lain menikmati buah kerja keras mereka. Mereka percaya pada diri sendiri- “ Saya pasti akan berhasil dalam hidup dan kalaupun ada yang harus terjadi, maka sayalah yang akan menentukannya”. Namun, sangat jelas bahwa ada orang bisa dan mau berhasil, dan ada pula yang tidak bisa dan tidak mau berhasil. Jika anda termasuk dalam kategori TIDAK BISA DAN TIDAK MAU, maka artikel ini tertulis untuk anda. Jangan hanya sekedar membacanya; pastikan bahwa anda akan mencoba dan menerapkan ajaran-ajaran Buddha dengan baik dan sadar dalam kehidupan anda. Dengan melaksanakn ajaran-ajaran Buddha yang telah disajikan untuk kita dan semoga anda bisa beralih ke kategori SAYA BISA DAN SAYA MAU. Ada begitu banyak peluang, begitu banyak petualangan baru dan menyenangkan untuk dinikmati. Sekarang mari kita tinjau lebih jauh mengapa kita harus menetapkan tujuan dalam hidup;

1. Supaya dapat memberi arah hidup kita.

2. Supaya bisa berperan aktif sebagai penunjuk arah dalam hidup kita.

3. Supaya bisa membantu memperkuat harga diri kita.

4. Supaya dapat memperlihatkan tingkat kematangan diri kita.

5. Supaya dapat membantu kita dalam mencapai keseimbangan dalam hidup.

6. Supaya dapat membantu kita dalam menghadapi berbagai perubahan dalam hidup kita.

Ini jarang dialami dan dipahami oleh orang-orang yang belum pernah memiliki tujuan dalam hidupnya. Seorang Buddhist yang memahami ajaran Buddha secara betul-betul akan mengerti tentang kehidupan beserta tantangan-tantangannya. Maka seseorang yang mempunyai tujuan yang murni untuk mempraktekkan ajaran Buddha, hendaknya diperhatikan dan dipahami secara benar, sejauh mana Dhamma yang telah kita pahami. Maka kita harus berusaha menyelami serta membuktikan dengan diri sendiri (Ehipassiko). Semua orang saat ini mengakui bahwa kehidupan ini tidak memuaskan, semua berpendapat dibutuhkan suatu perubahan sikap dan perilaku untuk memperbaiki keadaan ini. Kita tahu bahwa ajaran Buddha berinti pada Empat Kesunyataan Mulia (Cattari Ariya Saccani). Disebut Empat karena terdiri dari Empat Pernyataan. Disebut Kesunyataan karena menyatakan Kebenaran Mutlak. Dan disebut Mulia karena barang siapa yang memahaminya Niscaya akan menjadi Mulia atau Yang Tercerahkan. Pertama adalah Dukkha Ariyasacca (penderitaan, ketidakpuasan). Dalam kehidupan sudah barang tentu akan kita jumpai hal-hal diatas, tidaklah mungkin dalam hidup kita tanpa pernah mengalami penderitaan, atau ketidakpuasan. Mau tidak mau hal ini tidak bisa dielakkan seperti; kesakitan, luka, kelelahan, kesedihan, ketuaan, bahkan kematian. Kita juga memikul penderitaan batin seperti; kesepian, kekecewaan, broken heart, ketakutan, rasa malu, kejengkelan dan lain sebagainya. Semua itu tidaklah mungkin kita bisa lari dari kenyataan. Tetapi dengan kejadian-kejadian seperti itu malah akan membuat hidup kita menjadi tahu akan sifat-sifat itu secara objektif. Bagaimana kondisi ketika kita marah, tahu bagaimana ketika ketakutan itu muncul dan sebagainya. Maka dengan intelektual yang kita miliki, usahakanlah diri kita untuk menyelaminya dan selalu mengontrolnya dengan benar, maka disitu akan timbul kejujuran dan kebaikan terhadap orang lain. Dan dari hal itu sendiri kita akan tentram dan terbebas dari kekhawatiran dan penyesalan. Yang kedua adalah menyatakan bahwa penderitaan disebabkan oleh keinginan (tanha) dan inilah yang dinyatakan sebagai Dukkha samudaya Ariyasacca. Hal ini tidak sulit kita buktikan dalam kehidupan kita saat ini. Mari kita tinjau penderitaan yang bersifat betiniah, misalnya; kita menginginkan sesuatu namun ternyata sesuatu itu tidak terpenuhi, maka kita akan merasa kecewa. Kesunyataan kedua ini menyatakan bahwa mendapatkan apa yang kita inginkan tidak menjamin tercapainya kebahagiaan mutlak itu hanya kebahagiaan semu yang selalu kita pelihara. Daripada kita memaksakan keinginan, cobalah kita batasi keinginan-keinginan tersebut. Nafsu dan keinginan adalah akar munculnya penderitaan dan itu hanya akan menghilangkan rasa puas dan menemukan kebahagiaan semua didalam diri kita. Kesunyataan ketiga adalah menyatakan bahwa penderitaan dapat diatasi dan kebahagiaan dapat tercapai. Kesunyataan itulah yang disebut Dukkha Nirodha Ariyasacca. Kesunyataan inilah yang terpenting diantara yang lain didalam kesunyataan mulia (Cattari Ariya Saccani) karena disini Buddha meyakinkan kita bahwa kebahagiaan mutlak dapat dicapai. Apabila kita dapat mengendalikan nafsu dan mau belajar memahami hidup secara benar, menikmati hidup secara benar, bebas dari nafsu keinginan yang tidak berkesudahan, sabar dalam menghadapi permasalahan hidup, bebas dari rasa takut, bebas dari rasa benci, dan angkara murka; maka kita akan mencapai suatu hakekat kebahagiaan dan terbebas dari penderitaan. Terbebas dalam artian baik jasmani (Rupa) maupun Batin (Nama), inilah yang disebut kebahagiaan mutlak (Absolut). Kesunyataan keempat adalah jalan menuju lenyapnya Dukkha atau yang disebut Dukkha Nirodha Gaminipattipada. Dan jalan inilah yang disebut sebagai Jalan Tengah atau Attha Ariya Magga, yaitu; Pengertian, Pikiran, Ucapan, Perbuatan, Mata Pencaharian, Usaha, Perhatian, dan Konsentrasi yang benar. Dengan jalan inilah seseorang akan membimbing dirinya menuju keadaan damai atau kebahagiaan sejati. Kedelapan jalan inilah yang merupakan tujuan hidup yang benar. Sangat memuaskan memang apabila kita semua dapat mempraktekkan kedelapan ini dengan sempurna, tetapi kita harus berusaha mentransformasikan pikiran kita menuju kejalan itu dengan baik dan benar. Mudah-mudahan kita manusia bisa mengenal jalan ini agar tujuan hidup kita untuk merealisasi kebebasan mutlak dan segala kekotoran batin kita bisa lenyap dari dalam diri kita dan kita akan merasakan indahnya tujuan hidup yang benar tersebut. Tetapi bagi mereka yang tidak mengenal dan tidak meyakini jalan ini maka mereka tidak akan puas dengan keberadaan mereka saat ini. Jadi penetapan tujuan hidup kita tergantung kita sendiri, maka dari itu tujuan hidup yang benar harus dibarengi dengan niat dan tekad yang tulus dan kuat dari dalam diri kita sendiri. Ya, itulah mengapa diantara Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah USAHA BENAR. Hal ini tergantung ketulusan hati kita, seberapa besar energy yang kita gunakan untuk melemahkan kekotoran batin kita, beberapa orang dengan mudah menjalani kehidupan ini dibawah pengaruh kebiasaan terdahulu, tanpa ada usaha untuk merubah kebiasaan buruknya. Semakin kita biarkan kebiasaan-kebiasaan buruk itu muncul, maka akan sulit juga mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut. Kita seorang Buddhist harus mengerti akan tindakan kita yang berakibat burukdan selalu mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang bisa menghasilkan kebahagiaan dan kegembiraan didalam batin. Meditasi atau Bhavana adalah salah satu teknik yang digunakan untuk mengubah pola kebiasaan dalam batin seperti misalnya menahan diri untuk tidak berbicara dan tidak bertindak yang tidak benar. Keseluruhan dari kehidupan seorang Buddhist adalah latihan atau praktek untuk menyucikan dan membebaskan batin kita dari noda keserakahan (Lobha), Kebencian (Dosa) dan kebodohan (Moha). Apapun yang kita dapatkan, semua adalah bahan bakar yang mengobarkan peningkatan harga diri kita dan untuk mengingatkan kita bahwa kita mampu dan bisa melakukannya. Jadi kunci utamanya adalah harus selalu eling (Sati) dan selalu waspada terhadap Syndrom AKAN INI dan AKAN ITU. Maka beralihlah dari saya tidak mau dan tidak bisa menjadi saya mau dan saya bisa mempraktekkan tujuan tersebut. Kegagalan bukanlah moster yang harus kita takuti tetapi kegagalan adalah bentuk atau cara untuk mengingatkan diri kita bahwa diri kita masih harus tetap belajar dan belajar. Ini jelas bukan suatu daftar kendala yang lengkap, yang dapat menghalangi perjalanan mencapai tujuan hidup kita. Akan tetapi, cukup untuk memberikan suatu gambaran tentang apa yang mungkin akan anda hadapi dalam kehidupan ini maupun kehidupan yang akan datang, semoga dengan keyakinan kita terhadap Tiratana akan bisa mengantarkan kira menuju tujuan yang damai dan bahagia. Dan semoga Dhamma akan selalu bersinar didalam diri kita hingga akhirnya tercapailah Nibbana.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

Semoga semua makluk turut berbahagia