You are currently browsing the monthly archive for September 2008.

Never fall in Love with your Company

Seorang CEO sebuah perusahaan IT dari India berbicara dalam sebuah sesi dengan para karyawan tentang filosofi ini. CEO tersebut termasuk dalam 50 orang paling berpengaruh dalam dunia bisnis di Asia (dirilis oleh majalah Asiaweek).
INTINYA CERITANYA ADALAH :

CINTAILAH PEKERJAANMU, TAPI JANGAN PERNAH JATUH
CINTA KEPADA PERUSAHAANMU, KARENA KAMU TIDAK PERNAH TAHU KAPAN
PERUSAHAANMU BERHENTI MENCINTAIMU
– Narayana Murthy.

Bagi yang tertarik membaca pandangan dia secara mendalam, berikut kutipan kata-katanya:
“Saya sering menjumpai orang-orang yang bekerja selama 12 jam sehari, 6
hari seminggu, atau lebih. Beberapa diantaranya melakukan hal tersebut karena diburu-buru oleh deadline, memenuhi target yang telah ditetapkan. Bagi mereka, waktu-waktu panjang yang penuh lembur hanyalah bersifat sewaktu-waktu saja. Ada pula yang menjalani jam-jam panjang dalam hari-hari mereka selama bertahun-tahun: entah karena orang-orang ini merasa telah mengabdikan diri sepenuhnya kepada pekerjaan, atau bisa juga disebut workaholic. Read the rest of this entry »

CINTA…OH CINTA…

             Hal-hal yang pingin kita omongin, atau yang harus kita bilang, justru malah nggak pernah kita ungkapkan ato ga bisa diungkapan dengan jelas !

Parahnya lagi, kita terbiasa pake simbol-simbol atau kata-kata lain buat nunjukin arti sebenernya. Walhasil, seringnya maksud kita itu jadi nggak terkomunikasikan dan bikin orang lain ngerasa bete, nggak disayang, nggak dihargai.

Iya sih, ada saat-saat kita ngerasa nggak nyaman mengekspresikan cinta yang kita rasa. Karena takut mempermalukan orang lain, atau diri kita sendiri, kita ragu buat bilang, “I love you”. Jadinya, kita menyampaikan perasaan itu lewat kata-kata yang lain; “jaga diri baik-baik”, “belajar yang bener”, “hati-hati di jalan”, “jangan gebut”, “jangan lupa makan”. Tapi, sebenernya, itu cuma opsi-opsi lain dari perkataan yang sesungguhnya; “aku sayang kamu”, “saya peduli sama kamu”, “kamu sangat berarti buat saya”, “saya nggak mau kamu terluka”.

So, nggak ada salahnya kita coba MENDENGARKAN CINTA lewat kalimat-kalimat yang dikatakan orang lain. Read the rest of this entry »

IBUKU, TANGGUH!

          Pernah suatu sore, ibu pulang dengan tapak kaki berdarah. “Tertusuk kerikil,” terangnya. Setelah perjalanan panjang yang melelahkan semenjak pagi, wanita yang kasihnya tak terbilang nilai itu mengakhirinya dengan sedikit ringisan, “Tidak apa-apa, cuma luka kecil kok,” tenang ibu.

Padahal, baru dua hari lalu beberapa orang warga yang tak satu pun saya mengenalnya membopong ibu dalam keadaan pingsan. Ternyata ibu kelelahan hingga tak kuat lagi berjalan. Bermil-mil ia mengetuk pintu ke pintu rumah orang yang tak dikenalnya untuk menawarkan jasa mengajar baca tulis bagi penghuni rumah. Tak jarang suara hampa yang ia dapatkan dari dalam rumah, sesekali penolakan, dan tak terbilang kata, “Maaf, kami belum butuh guru mengajar.” Tapi ibu tetap tersenyum.

Sejak perceraiannya dengan ayahku, ibu yang menanggung semua nafkah lima anaknya. Pagi ia berjualan nasi dan ketupat bermodalkan sedikit keterampilan memasak yang ia peroleh selagi muda dulu. Menjelang siang ia memulai menyusuri jalan yang hingga kini takkan pernah bisa kuukur, menawarkan jasa dan keahliannya mengajar. Selepas jam 6 sore, kami ke lima anaknya menunggu setia kepulangan ibu di pinggir jalan. Read the rest of this entry »

Pernikahan, masihkah akan indah?

               Kini, hatimu mungkin merasa miris melihat sejumlah rumahtangga selebritis Indonesia berakhir dengan perceraian. Padahal tak sedikit dari mereka yang selalu terlihat mesra di depan publik. Sebut saja seperti pasangan Ray Sahetapi-Dewi Yull. Atau yang juga kini juga digosipkan akan bercerai, pasangan Jamal Mirdad dan Lidya Kandow.

Yang tak terekspos, tentu saja tak sedikit jumlahnya. Namun yang jadi pertanyaan seperti apa memangnya pernikahan tersebut? Sebenarnya pernikahan adalah kehidupan baru yang harus difahami agar berjalan indah sesuai harapan. Tentu saja ada banyak hal yang harus dilakukan agar bisa mewujudkan hal tersebut.

Salah satu pertanyaannya yakni, sudah yakinkah hatimu dengan pilihanmu dan memutuskan untuk menikah? Yang perlu diyakinkan adalah dia adalah sosok orang yang sempurna di matamu. Tak perlu penilaian orang lain. Bisa saja setiap orang mengaguminya. Tapi pastikan dirimu merasa yakin karena kamulah yang menikah dengannya bukan mereka! Read the rest of this entry »

Say No to Free Sex

Penyaji: Khemanando Bhikkhu

Pendahuluan

Perbuatan sex diluar nikah (free sex), selamanya tidak dibenarkan dalam norma kehidupan, baik norma agama maupun norma sosial. Walau kenyataannya kasus hubungan sex pra nikah semakin meluas. Bahkan dari sekian banyak kasus, menurut banyak survey yang diekpos dimedia-media, yang ada free sex kebanyakan dilakukan oleh kalangan remaja (sedikiti presentasenya dikalangan orang tua). Apakah memang kondisi sudah membudaya dikalangan teman-teman kita sendiri. Hal ini merupakan bukti nyata dampak dari tingginya keinginan sex dikalangan remaja kita. Tingginya keinginan sex ini, merupakan dampak dari berkembang cepatnya hormon dan oragan genetalia atau reproduksi. Oleh karena itu kita harus bisa mengendalikan keinginan sex itu sendiri. Soalnya, hubungan sex dilakukan diusia dini dan diluar nikah banyak merugikan kehidupan pribadi kita semua (terutama kaum perempuan). Kalau anda menginginkan masa depan anda baik maka hindari tindakan salah tersebut.

Menurut sila ketiga dari pancasila buddhis yaitu “Kamesumicchacara veramani sikkhapadam samadiyami” yang berarti kami bertekad akan melatih diri menghindari perbuatan asusila/hubungan yang salah. Kamesumicchacara terdiri dari tiga kosakata kama, miccha, dan cara. Kata miccha berarti salah atau menyimpang, dan cara berarti pelaksanaan atau perilaku. Sedangkan kamesu merupakan bentuk jamak dari kata kama/ nafsu pada kasus ketujuh menurut tata bahasa pali.

Kama berarti nafsu atau keinginan indriawi. Ada lima kesenangan indria, yaitu: kesenangan indria mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit (permukaan jasmaniah yang mmerasakan sentuhan). Jadi kamesumicchacara berarti pemuasan nafsu indriawi-nafsu indriawi yang salah atau yang menyimpang (dari yang dibenarkan). Kesenangan indria kulit yang dirasakan melalui kulit melalui sentuhan dalam konteks kamesumicchacara diartikan sebagai hubungan kelamin. Oleh karena itu pemuasan kulit melalui sentuhan secara salah membawa akibat yang merugikan diri sendiri maupun orang lain dan akan menganggu ketentraman masyarakat, maka pengertian kamesumicchara ditekankan dan diartikan dengan melakukan hubungan kelamin yang salah.

Ada beberapa macam wanita-wanita yang tidak patut disetubuhi (Agamaniavatthu), sebagai berikut : Read the rest of this entry »

Vassa, Pavarana dan Kathina

Penyaji: Bhikkhu Khemanando

Pendahuluan

Sudah merupakan suatu kewajiban bagi umat buddha untuk selalu melestarikan Ajaran Buddha, seperti halnya memperingati hari-hari penting didalam Buddhasasana. Asalha Puja selalu diperingati oleh umat Buddha setiap tahun, mengenang suatu peristiwa yang sangat langka didunia ini. Saat itulah Buddha membabarkan khotbah pertamanya yang disebut dengan Dhammacakkapavatthana Sutta, yang dibabarkan dikusinara kepada Panca Vaggiya Bhikkhu atau Lima orang pertama. Saat itulah terbentuknya sangha didalam Buddha sasana.

Vassa (berdiam dimusim hujan)

Sehari setelah diperingatinya asalha puja sebagai hari Dhamma dan terbentuknya sangha, para bhikkhu sangha memasuki masa vassa atau musim hujan/ rain retreat. Masa vassa disini merujuk pada musim dimana musim tersebut para bhikkhu sangha tidak diperkenankan keluar vihara seperti hari-hari biasa. Para bhikkhu, yang tinggal disuatu tempat dimana mereka bertekad untuk bervassa selama tiga bulan, harus menentukan tempat itu sebagai tempat tinggal selama vassa dengan mengucapkan kalimat dalam bahasa pali sebagai berikut: “Imasmim Avase Imam Temasam Vassam Upema” artinya kami akan berdiam didalam vihara ini selama tiga bulan dari musim hujan. Jika seorang bhikkhu tinggal sendiri disuatu tempat ia harus mengucapkan kalimat dalam bahasa pali sebagai berikut: “Imasmim Vihare Imam Temasam Vassam Upemi” yang artinya saya bertempat tinggal ditempat ini selama tiga bulan dari musim hujan. Para bhikkhu tidak dianjurkan untuk mengembara selama musim ini. Apabila ada seorang bhikkhu yang mempunyai suatu urusan yang harus ia lakukan maka ia dapat meninggalkan tempat tinggalnya tidak lebih dari tujuh hari dan bertekad kembali pada hari tersebut. Hal ini disebut dengan Sattahakaraniya (urusan selama tujuh harus diselesaikan). Menurut aturan didalam Mahavagga dan Cullavagga-Vinaya Pitaka-Tipitaka ada beberapa poin diantaranya: Read the rest of this entry »

                                                                 KASIH IBU

Ia yang mengadili orang lain dengan tidak tergesa-gesa, bersikap adil dan tidak berat sebelah, yang senantiasa menjaga kebenaran, pantas disebut orang yang adil (Dhammapada XIX:2)

Seorang ibu menyuapkan makanan ke mulut anaknya dengan kasih, ketika ada makanan yang berceceran di pipi anaknya, dengan penuh kesabaran dilapnya makanan tersebut. Selintas berkelabat sebuah film kehidupan, di mana anak tersebut memasuki masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan pada akhirnya berkeluarga. Film tersebut berhenti diputar, kembali kepada realita kehidupan di mana sang ibu sudah berubah menjadi tua dan menjadi seorang nenek. Tubuh sang ibu menjadi ringkih, tingkahnya pun kembali menjadi seorang anak yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari anak-anaknya.

Pernah mendengar kata pepatah yang mengatakan bahwa, ‘Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepenggal jalan’?? Memang kadang kala kita sebagai manusia sering melupakan jasa baik yang telah diperbuat oleh seseorang kepada kita, lebih mudah bagi kita untuk mengingat kejahatan yang telah dilakukan oleh orang lain terhadap kita. Kadang? kita berpikir bahwa ibu kita terlalu bawel, terlalu cerewet, mau tahu, suka mengatur, suka memberitahu dan 1001 kejelekan lain yang dimiliki olehnya.? Tapi pernahkah kita memikirkan perjuangannya untuk? melahirkan kita? Seorang ibu mengandung selama 9 bulan, dengan mempertaruhkan jiwanya sendiri dilahirkannya anaknya yang tercinta ke dunia. Luar biasa. Pernahkah kita memikirkan perjuangannya untuk membesarkan kita dari kita kecil hingga menjadi dewasa? Read the rest of this entry »

Beretika menurut perspektif Buddhis

Penyaji : Khemanando Bhikkhu

Garavo ca nivato ca Santutthi ca katannuta

Kalena dhammasavanam Etammangalamuttamam

Menjauhi, tak melakukan kejahatan menghindari minum-minuman keras

Tekun melaksanakan Dhamma Itulah Berkah Utama

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa

Dengan melalui etika ini kita bisa menentukan apa yang baik dan kemudian melaksanakannya, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam bermasyarakat.

Buddhisme mengajarkan bahwa pembatasan tentang apa yang baik dan apa yang buruk, didasarkan pada Tiga Azas yaitu;

– Azas Sarana, – Azas hasil-akibat dan – Azas Universal.

~Azas pertama adalah bahwa suatu tingkah laku adalah baik jika tingkah laku tersebut dapat membantu pencapaian sasaran. Sudah barang tentu sasaran akhir seorang buddhis adalah Nibbana, yang juga digambarkan sebagai terhapusnya Keserakahan, Kebencian, dan Kegelapan Batin secara sempurna. Atau juga disebut suatu keadaan batin yang bebas dari perubahan, khayalan, bebas dari keinginan rendah, bebas dari proses tumimbal lahir. Nibbana dapat ditinjau dari Tiga Aspek yaitu ;

Aspek metafisika artinya Padamnya derita.

Aspek psikologi artinya Lenyapnya Egoisme.

Aspek Etika/Sila artinya lenyapnya Lobha, Dosa dan Moha. Read the rest of this entry »

Hidup harmonis dalam Berumah Tangga

Ajaran Sang Buddha bertujuan tunggal, yakni melepaskan diri kita dari penderitaan. Sang Buddha dengan jelas mengatakan bahwa segala penderitaan hanya bersumber dari tiga hal, yang lebih dikenal dengan tiga akar kejahatan, yakni lobha (keserakahan), dosa (kebencian), dan moha (kegelapan batin). Atau kalau tiga terlalu banyak, maka kita boleh mengatakan hanya bersumber dari satu hal, yakni kegelapan batin. Karena kegelapan batin inilah, maka keserakahan dan kebencian muncul di diri kita ini. Maka adalah tak salah bila dikatakan sumbernya tiga, juga tak salah dikatakan sumbernya satu. Terserah mana yang lebih disukai karena maknanya adalah tetap sama.

Dengan mengerti paragraf yang dijelaskan di atas, maka tentu jugalah cara untuk meraih kebahagiaan harus diiringi dengan berkurangnya atau lenyapnya kegelapan batin. Yah, tentunya kalau kita membicarakan keharmonisan hidup berumah tangga, kita tak mengharapkan kedua insan untuk melenyapkan segala noda kegelapan batin. Dengan demikian, seorang Buddhis mengerti dengan jelas batas kebahagian yang dijanjikan oleh sebuah pernikahan. Pernikahan tentunya bukan kebahagiaan tertinggi dalam ajaran Sang Buddha. Read the rest of this entry »

Kamma and The Law of Kamma

Penyaji: Khemanando Bhikkhu

Kamma is a Pali word meaning action. It is called Karma in Sanskrit. In its general sense Kamma means all goo and bad actions. It covers all kinds of intentional actions whether mental, verbal or physical, thoughts, words and deeds. In its ultimate sense kamma means all moral and immoral volition. The Buddha says:” Citenaham Bhikkhave kammam vadami, cetayitva kammamkaroti kayena vacaya manasa….” It is Pali word meaning “Mental volition, O Bhikkhus, is what I call action (Kamma) . Having volition one acts by body, speech and thought (Anguttara Nikaya III,415). It refers to the intentional deeds we do with our body, speech and Mind through action, talking and thinking. Kamma is the law that every deed done, given the condition, will bear certain fruits. We can’t be free of our action. Everything what we do we will get result of it. The past and present influence the future. It likes our deeds. All of our deeds will make us in the future life. Today we can stay here it is influence on the past. So now we must improve ourselves to be good in order to make good in the future our live.

How Does Kamma Work? Read the rest of this entry »

Recent Posts

INDONESIA THERAVADA BUDDHIST CENTRE (ITBC)

Indonesia Theravada Buddhist Centre/ITBC,
North Cemara Boulevard No.I, Cemara Asri - Medan 20317, North Sumatra, Indonesia. ITBC provides to propagate the Theravada lineage according to the Teaching of the Buddha which wrote down in Pali Tipitaka. It is because we want to spread it to all in order to know by them well. Do the best get the best. What we do the law of cause and effect always cover us every time...hope all visitors be happy, be success and be well.

Bhikkhu Khemanando bersama 2 Bhikkhu dan 2 samanera bervassa ditempat ini. For more information please contact me to this email: bhku_khmand@yahoo.com

September 2008
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Blog Stats

  • 182,799 hits

Top Clicks

  • None